BAB I
PENDAHULUAN
Sejarah
merupakan suatu rujukan yang sangat penting saat kita akan membangun
masa depan. Sekaitan dengan itu kita bisa tahu apa dan bagaimana
perkembangan islam pada masa lampau. Namun, kadang kita sebagai umat
islam malas untuk melihat sejarah. Sehingga kita cenderung berjalan
tanpa tujuan dan mungkin mengulangi kesalahan yang pernah ada dimasa
lalu. Disnilah sejarah berfungsi sebagai cerminan bahwa dimasa silam
telah terjadi sebuah kisah yang patut kita pelajari untuk merancang
serta merencanakan matang-matang untuk masa depan yang lebih cemerlang
tanpa tergoyahkan dengan kekuatan apa pun.
Setelah
kalifah Abbasiyah di Bagdad runtuh akibat serangan tentara Mongol,
kekutan politik Islam mengalami kemunduruan secar drastis. Wilayah
kekuasaannya
tercabik-cabik dalam beberapa kerajaan kecil yang satu sama lain bahkan saling
memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan peradaban Islam banyak yang hancur
akibat serangan bangsa Mongol itu. Namun, kemalangan tidak berhenti sampai di
situ. Timur Lenk, sebagai mana telah disebut, menghancurkan pusat-pusat
kekuasaan Islam yang lain.
tercabik-cabik dalam beberapa kerajaan kecil yang satu sama lain bahkan saling
memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan peradaban Islam banyak yang hancur
akibat serangan bangsa Mongol itu. Namun, kemalangan tidak berhenti sampai di
situ. Timur Lenk, sebagai mana telah disebut, menghancurkan pusat-pusat
kekuasaan Islam yang lain.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kerajaan Usmani
Pendiri
kerajaan ini adalah dari Kabilah Oghuz yang mendiami daerah Mongol dan
daerah Utara Cina. Dalam jangka waktu kira-kira tiga abad, mereka pindah
ke Turkistan kemudian ke Persia dan Irak. Mereka masuk Islam sekitar
abad ke sembilan atau kesepuluh, ketika mereka menetap di Asia Tengah.
Di
bawah tekanan serangan-serangan Mongol pada abad ke 13 M, mereka
melarikan diri ke daerah barat dan mencari tempat pengungsian di
tengah-tengah saudara-saudara mereka orang-orang Turki Saljuk, di
dataran tinggi Asia kecil. Di sana dibawah pimpinan
Erthogrul, mereka mengabdikan diri ke Sultan Alaudin II, Sultan Saljuk
yang kebetulan sedang berperang melawan Bizantium. Berkat bantuan
mereka, Sultan Alaudin mendapat kemenangan. Berkat jasa baik itu,
Alauddin menghadiahkan sebidang tanah di Asia kecil yang berbatasan
dengan Bizantium. Sejak itu mereka terus membina wilayah barunya dengan
memilih kota Syukud sebagai ibu kota.
Ertoghrul
meninggal dunia tahun 1289 M. Kepemimpinan dilanjutkan oleh putranya
yaitu Usman. Putra Ertoghrul inilah yang dianggap pendiri kerajaan
Usmani. Usman memerintah antara tahun 1290 M dan 1326 M. Sebagaimana
ayahnya, ia banyak berjasa kepada Sultan Aliuddin II dengan
keberhasilannya ia menduduki benteng-benteng Bizantium yang berdekatan
dengan kota Broessa. Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol menyerang kerajaan
Saljuk dan Sultan Alauddin terbunuh. Kerajaan Saljuk ini kemudian
terpecah-pecah dalam beberapa kerajaan kecil. Usman pun menyatakan
kemerdekaannya dan berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya. Sejak
itulah, kerajaan Usmani dinyatakan berdiri. Penguasa pertamanya adalah
Usman yang sering disebut juga Usman I.
Setelah Usman I mengumumkan dirinya sebagai Padisyah Al usman
(raja besar keluarga Usman) tahun 699 H (1300 M), setapak demi setapak
wilayah kerajaan dapat di perluasnya. Ia menyerang daerah perbatasan
Bizantium dan menaklukan kota Broessa tahun 1317 M. kemudian pada tahun
1326 M dijadikan sebagai ibu kota kerajaan. Pada masa pemerintahan
Orkhan (726 H/ 1326 M-761 H/ 1359 M) kerajaan Turki Usmani ini dapat
menaklukan Azmir (Smirna) tahun 1327 M, Thawasyanli (1330M), Uskandar
(1338 M), Ankara (1354 M), dan Gallipoli (1356 M) daerah ini adalah
bagian benua Eropa yang pertama kali di duduki kerajaan Usmani.
Setelah
Sultan Al-Qanuni wafat ( 1566 M) kerajaan Turki Usmani mulai mengalami
fase kemundurannya. Akan tetapi, sebagai sebuah kerajaan yang sangat
besar dan kuat, kemunduran itu tidak langsung terlihat. Sultan Sulaiman
Al-Qanuni diganti oleh Salim II (1566-1573 M). Dimasa pemerintahannya
terjadi pertempuran antara armada laut kerajaan Usmani dengan armada
laut Bundukia, angkatan Sri paus, dan sebagian kapal para pendeta Malta
yang dipimpin Don Juan dari Spanyol. Dalam pertempuran ini, Turki usmani
mengalami kekalahan yang mengakibatkan Tunisia dapat direbut oleh
musuh. Baru pada masa sultan berikutnya, Sultan Murad III pada tahun
1575 M .tunisia dapat direbut kembali.
Banyak faktor yang menyebabkan Kerajaan Usmani itu mengalami kemunduran, diantarannya adalah :
1. Wilayah kekuasaan yang sangat luas.
2. Heterogenitas penduduk.
3. Kelemahan para penguasa.
4. Budaya pungli.
5. Pemberontakan tentara Jenisari.
6. Merosotnya ekonomi.
7. Terjadinya stagnasi dalam lapangan ilmu dan teknologi.
B. Kerajaan Safawi di Persia
Kerajaan
safawi berasal dari sebuah gerakan tarekat di Ardabil, sebuah kota di
Azerbaijan. Tarekat ini diberi nama tarekat Safawiyah, didirikan pada
waktu yang hampir bersamaan dengan berdirinya kerajaan Usmani. Nama
Safawiyah diambil dari nama pendirinya, Safi Al-Din (1252-1334 M) dan
nama safawi itu terus dipertahankan sampai tarekat ini menjadi gerakan
politik. Bahkan, nama itu dilestarikan setelah gerakan ini mendirikan
kerajaan.
Safi
Al-Din berasal dari keturunan orang yang berbeda dan memilih sufi
sebaga jalan hidupnya. Ia keturunan dari iman Syi’ah yang ke enam. Musa
Al-Kazim. Gurunya bernama Syaikh Taj Al-Din Ibrahim Zahidi (1216-1301 M)
yang dikenal dengan julukan Zahid Al-Din diambil menantu oleh gurunya
tersebut. Safi Al-Din mendirikan tarekat Safawiyah setelah ia
menggantikan guru dan sekaligus mertuanya yang wafat tahun 1301 M.
Pengikut torekat ini sangat teguh memegang ajaran agama. Pada mulanya
gerakan tasawuf Safawiyah bertujuan memerangi oran-orang ingkar.
Sepeninggal
Abbas I Kerajaan Safawi berturut-turut diperintah oleh enam raja, yaitu
Safi Mirza (1628-1642 M), Abas II (1642-1667 M), Sulaiman (1667-1694
M), Husain (1694-1722 M), Tahmasp II (1722-1732 M), dan Abas III
(1733-1736) pada masa raja-raja tersebut kerajaan safawi tidak
menunjukan grafik naik dan berkembang, tetapi justru memperlihatkan
kemunduran yang akhirnya membawa kepada kehancuran.
Safi
Mirza, cucu Abbas I, adalah seorang pemimpin yang lemah. Ia sangat
kejam terhadap pembesar-pembesar kerajaan karena sifat pencemburunya.
Kemajuan yang pernah dicapai oleh abbas I segera menurun. Kota Qondahar
(sekarang termasuk wilayah Afganistan) lepas dari kekuasaan kerajaan
Safawi, diduduki oleh kerajaan mughal yang ketika itu dipimpin oleh
Sultan Syah Jehan, sementara Baghdad direbut oleh kerajaan Usmani.
Abbas
II adalah raja yang suka minum-minuman keras sehingga ia jatuh sakit
dan meninggal. Meskipun demikian, dengan bantuan wajir-wajirnya, pada
masa kota Qandahar dapat direbut kembali. Sebagaimana Abbas II, Sulaiman
juga seorang pemabuk. Ia bertindak kejam terhadap para pembesar yang
dicurigainya. Akibatnya, rakyat bersifat masa bodoh terhadap pemerintah.
Ia diganti oleh Shah Husein yang alim. Pengganti Sulaiman ini memberi
kekuasaan yang besar kepada para ulama Syi’ah yang sering memaksakan
pendapatnya terhadap penganut aliranSunni. Sikap ini membangkitkan
kemarahan golongan sunni Afhganistan, sehingga mereka berontak dan
berhasil mengakhiri kekuasaan dinasti Safawi.
Penyebab
lainnya adalah dekadensi moral yang melanda sebagaian pemimpin kerajaan
safawi. Ini turut mempercepat proses kehancuran kerajaan tersebut.
C. Kerajaan Mughal di India
Kerajaan
Mughal berdiri seperempat abad sesudah berdirinya kerajaan Safawi.
Jadi, di antara tiga kerajaan besar Islam tersebut, kerajaan inilah yang
termuda. Kerajaan Mughal bukanlah kerajaan Islam pertama anak benua
India. Awal kekuasaan Islam di wilayah india terjadi pada masa kalifah
Al-Walid, dari Dinasti Bani Umayah, penaklukan wilayah ini dilakukan
oleh tentara Bani Umayah di bawah pimpinan Muhammad Ibn Qasim.
Kerajaan Mughal atau Mogul di India diasaskan oleh Babur pada tahun 1526, apabila dia mengalahkan Ibrahim Lodi, sultan terakhir dalam kesultanan Delhi dalam Pertempuran pertama Panipat. Kebanyakannya telah ditawan oleh Sher Shah semasa pemerintahan Humayun, tetapi di bawah Akbar, ia berkembang dengan lebih luas, dan terus berkembang sehingga akhir pemerintahan Aurangzeb.
Selepas kemangkatan Aurangzeb pada tahun 1707, kerajaan Mughal semakin lemah, walaupun ia kekal sebagai kuasa memerintah di India selama 150 tahun berikutnya. Dalam tahun 1739 ia dikalahkan oleh tentera Persia di bawah pemerintahan Nadir Shah. Pada tahun 1756 tentera Ahmad Shah merompak Delhi sekali lagi. Kekalahan terakhir ditangan Empire British pada tahun 1857, walaupun ia telahpun menjadi gelaran kehormatan sahaja, tanpa kuasa pemerintahan sebenar.
Setelah
satu setengah abad dinasti Mughal berada dipuncak kejayaannya, para
pelanjut Aurangzeb tidak sanggup mempertahankan kebesaran yang telah
dibina oleh sultan-sultan sebelumnya. Pada abad ke 18 M kerajaan ini
memasuki masa-masa kemunduran. Kekutan politiknya mulai merosot, suksesi
kepemimpinan di tingkat pusat menjadi ajang perebutan, gerakan
separatis Hindu semakin lama semakin mengancam. Sementara itu pedagang
Inggris untuk pertama kalinya diizinkan oleh Jehangir menanamkan modal
di India dengan didukung oleh kekutan bersenjata semakin kuat menguasai
wilayah pantai.
Pada
masa Aurangzeb, pemberontakan terhadap pemerintah pusat memang sudah
muncul tapi dapat diatasi. Pemberontakan ini bermula dari tindakan
aurangzeb yang dengan keras menerapkan pemikiran Puritanismenya. Setelah ia wafat, penerusnya rata-rata ia lemah dan tidak mampu menghadapi problema yang ditinggalkanya.
Ada
bebrapa faktor juga yang menyebabkan kekuasaan dinasti Mughal mundur
pada satu setengah abad terakhir dan membawa kepada kehancuran pada
tahun 1858 M, yaitu :
1. Kemerosotan moral dan hidup mewah dikalangan elit politik , yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang negara.
2. Pendekatan
Aurangzeb yang terlampau ”kasar” dalam melaksanakan ide-ide puritan
sehingga konflik antar agama sangat sukar diatasi oleh sultan
sesudahnya.
3. Semua pewaris tahta kerajaan pada paruh terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan.
4. Terjadi
stagnasi dalam pembinaan militer sehingga oprasi militer inggris di
wilayah-milayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan maritim
Mughal.
D. Perbedaan Kemajuan Masa Ini Dengan Masa Klasik
Sebagaimana
diuraikan terdahulu, pada masa kejayaan tiga kerajaan besar ini, umat
Islam kembali mengalami kemajuan. Akan tetapi, kemajuan yang dicapai
pada masa klasik Islam jauh lebih kompleks. Dibidang intelektual
kemajuan pada masa tiga kerajaan besar tidak sebanding kemajuan di jaman
klasik. Dalam bidang ilmu keagamaan, umat Islam sudah
mulai bertaklid pada imam-imam besar yang lahir pada masa klasik Islam.
Kalaupun ada mujtahid, maka ijtihad yang dilakukan adalah Ijtihad fial-mazhab,
yaitu ijtihad yang masih ada dalam pemikiran bebas yang mandiri,
beberapa sains yang berkembang pada masa klasik, ada yang tidak
berkembang lagi, bahkan ada yang di duplikat.
Ada beberapa alasan mengapa kemajuan yang dicapai itu tidak setingkat dengan kemajuan yang dicapai pada masa klasik.
1. Metode berfikir dalam bidang teologi yang berkembang pada masa ini adalah berpikir tradisional.
2. Pada
masa klasik Islam, kebebasan berpikir berkembang dengan masuknya
pemikiran filsafat Yunani. Namun kebebasan ini menurun sejak Al-Ghazali
melontarkan kritik tajam terhadap pemikiran filsafat yang tertuang dalam
bukunya Tahafut Al-Filsafat (Kekacawan Para Filosof). Kritik Al-Ghazali mendapat bantahan dari filosof besar Islam dan terakhir, Ibn Rusyd, dalam bukunya Tahafut Al Tahafut (kekacawan ’buku’ kekacawan) ,tapi
tampaknya, kritik Al-Ghazali jauh lebih populer dan pengaruhnya
dibanding bantahan Ibn Rusyd. Nurcholis Majid mengatakan, pemikiran
Al-Ghazali mempunyai efek pemenjaraan kreatifitas pemenjaraan.
3. Al-Ghazali
bukan hanya menyerang pemikiran filsafat pada masanya, tetapi juga
menghidupkan ajaran tasawuf dalam islam. Sehingga ajaran ini berkembang
pesat setelah Al-Ghazali. Dalam ajaran tasawuf kehidupan ukhrawi lebih
diutamakan dari pada kehidupan duniawi.
4. Sarana-sarana
untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan pemikiran yang disediakan masa
klasik, seperti perpustakaan seperti karya-karya ilmiah, baik yang
diterjemahkan dari bahas yunani, Persia, India dan Syria maupun dari
bahasa lainnya banyak yang hancur dan hilang akibat serangan bangsa
mongol kebeberapa pusat kebudayaan dan peradaban islam.
5. Kekuasaan
islam pada masa tiga kerajaan besar dipegang oleh bangsa turki dan
mongol yang lebih dikenal sebagai bangsa suka perang ketimbang suka
ilmu.
6. Pusat-Pusat
kekuasaan Islam pada masa ini tidak berada di wilayah arab dan tidak
pula oleh bangsa arab. Di Safawi berkembang bahasa Persia, diturki
bahasa turki, dan di India bahasa urdu akibatnya bahasa arab yang sudah
menjadi bahasa persatuan dan bahasa ilmiah pada masa sebelumnya tidak
berkembang lagi bahkan menurun.
BAB III
KESIMPULAN
Pendiri
kerajaan Usmani adalah dari Kabilah Oghuz yang mendiami daerah Mongol
dan daerah Utara Cina. Faktor-faktor yang menyebabkan kerajaan Usmani
mengalami kemunduran yaitu Wilayah kekuasaan yang sangat luas,
Heterogenitas penduduk, Kelemahan para penguasa, Budaya pungli,
Pemberontakan tentara Jenisari, Merosotnya ekonomi, Terjadinya stagnasi
dalam lapangan ilmu dan teknologi.
Pendiri
kerajaan Safawi adalah Safi Al-Din (1252-1334 M). Kerajaaan Safawi
mengalami kemunduran karena raja-raja yang memimpin banyak mempunyai
sifat cemburu, suka minum-minuman, dan faktor yang paling mempengaruhi
kemunduran kerajaan Safawi yaitu dekadensi moral yang melanda sebagaian
pemimpin.
No comments:
Post a Comment