Saturday, December 25, 2010

Masa Tiga Kerajaan (Usmani, Safawi, Mughol)


BAB I
PENDAHULUAN
Sejarah merupakan suatu rujukan yang sangat penting saat kita akan membangun masa depan. Sekaitan dengan itu kita bisa tahu apa dan bagaimana perkembangan islam pada masa lampau. Namun, kadang kita sebagai umat islam malas untuk melihat sejarah. Sehingga kita cenderung berjalan tanpa tujuan dan mungkin mengulangi kesalahan yang pernah ada dimasa lalu. Disnilah sejarah berfungsi sebagai cerminan bahwa dimasa silam telah terjadi sebuah kisah yang patut kita pelajari untuk merancang serta merencanakan matang-matang untuk masa depan yang lebih cemerlang tanpa tergoyahkan dengan kekuatan apa pun.
Setelah kalifah Abbasiyah di Bagdad runtuh akibat serangan tentara Mongol, kekutan politik Islam mengalami kemunduruan secar drastis. Wilayah kekuasaannya
tercabik-cabik dalam beberapa kerajaan kecil yang satu sama lain bahkan saling
memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan peradaban Islam banyak yang hancur
akibat serangan bangsa Mongol itu. Namun, kemalangan tidak berhenti sampai di
situ. Timur Lenk, sebagai mana telah disebut, menghancurkan pusat-pusat
kekuasaan Islam yang lain.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kerajaan Usmani
Pendiri kerajaan ini adalah dari Kabilah Oghuz yang mendiami daerah Mongol dan daerah Utara Cina. Dalam jangka waktu kira-kira tiga abad, mereka pindah ke Turkistan kemudian ke Persia dan Irak. Mereka masuk Islam sekitar abad ke sembilan atau kesepuluh, ketika mereka menetap di Asia Tengah.
Di bawah tekanan serangan-serangan Mongol pada abad ke 13 M, mereka melarikan diri ke daerah barat dan mencari tempat pengungsian di tengah-tengah saudara-saudara mereka orang-orang Turki Saljuk, di dataran tinggi Asia kecil. Di sana dibawah pimpinan Erthogrul, mereka mengabdikan diri ke Sultan Alaudin II, Sultan Saljuk yang kebetulan sedang berperang melawan Bizantium. Berkat bantuan mereka, Sultan Alaudin mendapat kemenangan. Berkat jasa baik itu, Alauddin menghadiahkan sebidang tanah di Asia kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu mereka terus membina wilayah barunya dengan memilih kota Syukud sebagai ibu kota.
Ertoghrul meninggal dunia tahun 1289 M. Kepemimpinan dilanjutkan oleh putranya yaitu Usman. Putra Ertoghrul inilah yang dianggap pendiri kerajaan Usmani. Usman memerintah antara tahun 1290 M dan 1326 M. Sebagaimana ayahnya, ia banyak berjasa kepada Sultan Aliuddin II dengan keberhasilannya ia menduduki benteng-benteng Bizantium yang berdekatan dengan kota Broessa. Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol menyerang kerajaan Saljuk dan Sultan Alauddin terbunuh. Kerajaan Saljuk ini kemudian terpecah-pecah dalam beberapa kerajaan kecil. Usman pun menyatakan kemerdekaannya dan berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya. Sejak itulah, kerajaan Usmani dinyatakan berdiri. Penguasa pertamanya adalah Usman yang sering disebut juga Usman I.
Setelah Usman I mengumumkan dirinya sebagai Padisyah Al usman (raja besar keluarga Usman) tahun 699 H (1300 M), setapak demi setapak wilayah kerajaan dapat di perluasnya. Ia menyerang daerah perbatasan Bizantium dan menaklukan kota Broessa tahun 1317 M. kemudian pada tahun 1326 M dijadikan sebagai ibu kota kerajaan. Pada masa pemerintahan Orkhan (726 H/ 1326 M-761 H/ 1359 M) kerajaan Turki Usmani ini dapat menaklukan Azmir (Smirna) tahun 1327 M, Thawasyanli (1330M), Uskandar (1338 M), Ankara (1354 M), dan Gallipoli (1356 M) daerah ini adalah bagian benua Eropa yang pertama kali di duduki kerajaan Usmani.
Setelah Sultan Al-Qanuni wafat ( 1566 M) kerajaan Turki Usmani mulai mengalami fase kemundurannya. Akan tetapi, sebagai sebuah kerajaan yang sangat besar dan kuat, kemunduran itu tidak langsung terlihat. Sultan Sulaiman Al-Qanuni diganti oleh Salim II (1566-1573 M). Dimasa pemerintahannya terjadi pertempuran antara armada laut kerajaan Usmani dengan armada laut Bundukia, angkatan Sri paus, dan sebagian kapal para pendeta Malta yang dipimpin Don Juan dari Spanyol. Dalam pertempuran ini, Turki usmani mengalami kekalahan yang mengakibatkan Tunisia dapat direbut oleh musuh. Baru pada masa sultan berikutnya, Sultan Murad III pada tahun 1575 M .tunisia dapat direbut kembali.
Banyak faktor yang menyebabkan Kerajaan Usmani itu mengalami kemunduran, diantarannya adalah :
1. Wilayah kekuasaan yang sangat luas.
2. Heterogenitas penduduk.
3. Kelemahan para penguasa.
4. Budaya pungli.
5. Pemberontakan tentara Jenisari.
6. Merosotnya ekonomi.
7. Terjadinya stagnasi dalam lapangan ilmu dan teknologi.
B. Kerajaan Safawi di Persia
Kerajaan safawi berasal dari sebuah gerakan tarekat di Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan. Tarekat ini diberi nama tarekat Safawiyah, didirikan pada waktu yang hampir bersamaan dengan berdirinya kerajaan Usmani. Nama Safawiyah diambil dari nama pendirinya, Safi Al-Din (1252-1334 M) dan nama safawi itu terus dipertahankan sampai tarekat ini menjadi gerakan politik. Bahkan, nama itu dilestarikan setelah gerakan ini mendirikan kerajaan.
Safi Al-Din berasal dari keturunan orang yang berbeda dan memilih sufi sebaga jalan hidupnya. Ia keturunan dari iman Syi’ah yang ke enam. Musa Al-Kazim. Gurunya bernama Syaikh Taj Al-Din Ibrahim Zahidi (1216-1301 M) yang dikenal dengan julukan Zahid Al-Din diambil menantu oleh gurunya tersebut. Safi Al-Din mendirikan tarekat Safawiyah setelah ia menggantikan guru dan sekaligus mertuanya yang wafat tahun 1301 M. Pengikut torekat ini sangat teguh memegang ajaran agama. Pada mulanya gerakan tasawuf Safawiyah bertujuan memerangi oran-orang ingkar.
Sepeninggal Abbas I Kerajaan Safawi berturut-turut diperintah oleh enam raja, yaitu Safi Mirza (1628-1642 M), Abas II (1642-1667 M), Sulaiman (1667-1694 M), Husain (1694-1722 M), Tahmasp II (1722-1732 M), dan Abas III (1733-1736) pada masa raja-raja tersebut kerajaan safawi tidak menunjukan grafik naik dan berkembang, tetapi justru memperlihatkan kemunduran yang akhirnya membawa kepada kehancuran.
Safi Mirza, cucu Abbas I, adalah seorang pemimpin yang lemah. Ia sangat kejam terhadap pembesar-pembesar kerajaan karena sifat pencemburunya. Kemajuan yang pernah dicapai oleh abbas I segera menurun. Kota Qondahar (sekarang termasuk wilayah Afganistan) lepas dari kekuasaan kerajaan Safawi, diduduki oleh kerajaan mughal yang ketika itu dipimpin oleh Sultan Syah Jehan, sementara Baghdad direbut oleh kerajaan Usmani.
Abbas II adalah raja yang suka minum-minuman keras sehingga ia jatuh sakit dan meninggal. Meskipun demikian, dengan bantuan wajir-wajirnya, pada masa kota Qandahar dapat direbut kembali. Sebagaimana Abbas II, Sulaiman juga seorang pemabuk. Ia bertindak kejam terhadap para pembesar yang dicurigainya. Akibatnya, rakyat bersifat masa bodoh terhadap pemerintah. Ia diganti oleh Shah Husein yang alim. Pengganti Sulaiman ini memberi kekuasaan yang besar kepada para ulama Syi’ah yang sering memaksakan pendapatnya terhadap penganut aliranSunni. Sikap ini membangkitkan kemarahan golongan sunni Afhganistan, sehingga mereka berontak dan berhasil mengakhiri kekuasaan dinasti Safawi.
Penyebab lainnya adalah dekadensi moral yang melanda sebagaian pemimpin kerajaan safawi. Ini turut mempercepat proses kehancuran kerajaan tersebut.
C. Kerajaan Mughal di India
Kerajaan Mughal berdiri seperempat abad sesudah berdirinya kerajaan Safawi. Jadi, di antara tiga kerajaan besar Islam tersebut, kerajaan inilah yang termuda. Kerajaan Mughal bukanlah kerajaan Islam pertama anak benua India. Awal kekuasaan Islam di wilayah india terjadi pada masa kalifah Al-Walid, dari Dinasti Bani Umayah, penaklukan wilayah ini dilakukan oleh tentara Bani Umayah di bawah pimpinan Muhammad Ibn Qasim.
Kerajaan Mughal atau Mogul di India diasaskan oleh Babur pada tahun 1526, apabila dia mengalahkan Ibrahim Lodi, sultan terakhir dalam kesultanan Delhi dalam Pertempuran pertama Panipat. Kebanyakannya telah ditawan oleh Sher Shah semasa pemerintahan Humayun, tetapi di bawah Akbar, ia berkembang dengan lebih luas, dan terus berkembang sehingga akhir pemerintahan Aurangzeb.
Selepas kemangkatan Aurangzeb pada tahun 1707, kerajaan Mughal semakin lemah, walaupun ia kekal sebagai kuasa memerintah di India selama 150 tahun berikutnya. Dalam tahun 1739 ia dikalahkan oleh tentera Persia di bawah pemerintahan Nadir Shah. Pada tahun 1756 tentera Ahmad Shah merompak Delhi sekali lagi. Kekalahan terakhir ditangan Empire British pada tahun 1857, walaupun ia telahpun menjadi gelaran kehormatan sahaja, tanpa kuasa pemerintahan sebenar.
Setelah satu setengah abad dinasti Mughal berada dipuncak kejayaannya, para pelanjut Aurangzeb tidak sanggup mempertahankan kebesaran yang telah dibina oleh sultan-sultan sebelumnya. Pada abad ke 18 M kerajaan ini memasuki masa-masa kemunduran. Kekutan politiknya mulai merosot, suksesi kepemimpinan di tingkat pusat menjadi ajang perebutan, gerakan separatis Hindu semakin lama semakin mengancam. Sementara itu pedagang Inggris untuk pertama kalinya diizinkan oleh Jehangir menanamkan modal di India dengan didukung oleh kekutan bersenjata semakin kuat menguasai wilayah pantai.
Pada masa Aurangzeb, pemberontakan terhadap pemerintah pusat memang sudah muncul tapi dapat diatasi. Pemberontakan ini bermula dari tindakan aurangzeb yang dengan keras menerapkan pemikiran Puritanismenya. Setelah ia wafat, penerusnya rata-rata ia lemah dan tidak mampu menghadapi problema yang ditinggalkanya.
Ada bebrapa faktor juga yang menyebabkan kekuasaan dinasti Mughal mundur pada satu setengah abad terakhir dan membawa kepada kehancuran pada tahun 1858 M, yaitu :
1. Kemerosotan moral dan hidup mewah dikalangan elit politik , yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang negara.
2. Pendekatan Aurangzeb yang terlampau ”kasar” dalam melaksanakan ide-ide puritan sehingga konflik antar agama sangat sukar diatasi oleh sultan sesudahnya.
3. Semua pewaris tahta kerajaan pada paruh terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan.
4. Terjadi stagnasi dalam pembinaan militer sehingga oprasi militer inggris di wilayah-milayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan maritim Mughal.
D. Perbedaan Kemajuan Masa Ini Dengan Masa Klasik
Sebagaimana diuraikan terdahulu, pada masa kejayaan tiga kerajaan besar ini, umat Islam kembali mengalami kemajuan. Akan tetapi, kemajuan yang dicapai pada masa klasik Islam jauh lebih kompleks. Dibidang intelektual kemajuan pada masa tiga kerajaan besar tidak sebanding kemajuan di jaman klasik. Dalam bidang ilmu keagamaan, umat Islam sudah mulai bertaklid pada imam-imam besar yang lahir pada masa klasik Islam. Kalaupun ada mujtahid, maka ijtihad yang dilakukan adalah Ijtihad fial-mazhab, yaitu ijtihad yang masih ada dalam pemikiran bebas yang mandiri, beberapa sains yang berkembang pada masa klasik, ada yang tidak berkembang lagi, bahkan ada yang di duplikat.
Ada beberapa alasan mengapa kemajuan yang dicapai itu tidak setingkat dengan kemajuan yang dicapai pada masa klasik.
1. Metode berfikir dalam bidang teologi yang berkembang pada masa ini adalah berpikir tradisional.
2. Pada masa klasik Islam, kebebasan berpikir berkembang dengan masuknya pemikiran filsafat Yunani. Namun kebebasan ini menurun sejak Al-Ghazali melontarkan kritik tajam terhadap pemikiran filsafat yang tertuang dalam bukunya Tahafut Al-Filsafat (Kekacawan Para Filosof). Kritik Al-Ghazali mendapat bantahan dari filosof besar Islam dan terakhir, Ibn Rusyd, dalam bukunya Tahafut Al Tahafut (kekacawan ’buku’ kekacawan) ,tapi tampaknya, kritik Al-Ghazali jauh lebih populer dan pengaruhnya dibanding bantahan Ibn Rusyd. Nurcholis Majid mengatakan, pemikiran Al-Ghazali mempunyai efek pemenjaraan kreatifitas pemenjaraan.
3. Al-Ghazali bukan hanya menyerang pemikiran filsafat pada masanya, tetapi juga menghidupkan ajaran tasawuf dalam islam. Sehingga ajaran ini berkembang pesat setelah Al-Ghazali. Dalam ajaran tasawuf kehidupan ukhrawi lebih diutamakan dari pada kehidupan duniawi.
4. Sarana-sarana untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan pemikiran yang disediakan masa klasik, seperti perpustakaan seperti karya-karya ilmiah, baik yang diterjemahkan dari bahas yunani, Persia, India dan Syria maupun dari bahasa lainnya banyak yang hancur dan hilang akibat serangan bangsa mongol kebeberapa pusat kebudayaan dan peradaban islam.
5. Kekuasaan islam pada masa tiga kerajaan besar dipegang oleh bangsa turki dan mongol yang lebih dikenal sebagai bangsa suka perang ketimbang suka ilmu.
6. Pusat-Pusat kekuasaan Islam pada masa ini tidak berada di wilayah arab dan tidak pula oleh bangsa arab. Di Safawi berkembang bahasa Persia, diturki bahasa turki, dan di India bahasa urdu akibatnya bahasa arab yang sudah menjadi bahasa persatuan dan bahasa ilmiah pada masa sebelumnya tidak berkembang lagi bahkan menurun.


BAB III
KESIMPULAN
Pendiri kerajaan Usmani adalah dari Kabilah Oghuz yang mendiami daerah Mongol dan daerah Utara Cina. Faktor-faktor yang menyebabkan kerajaan Usmani mengalami kemunduran yaitu Wilayah kekuasaan yang sangat luas, Heterogenitas penduduk, Kelemahan para penguasa, Budaya pungli, Pemberontakan tentara Jenisari, Merosotnya ekonomi, Terjadinya stagnasi dalam lapangan ilmu dan teknologi.
Pendiri kerajaan Safawi adalah Safi Al-Din (1252-1334 M). Kerajaaan Safawi mengalami kemunduran karena raja-raja yang memimpin banyak mempunyai sifat cemburu, suka minum-minuman, dan faktor yang paling mempengaruhi kemunduran kerajaan Safawi yaitu dekadensi moral yang melanda sebagaian pemimpin.
Kerajaan Mughal atau Mogul di India diasaskan oleh Babur pada tahun 1526. Faktor yang menyebabkan kerajaan mughol mengalami kemunduran yaitu Kemerosotan moral dan hidup mewah dikalangan elit politik, Pendekatan Aurangzeb yang terlampau ”kasar”, Terjadi stagnasi dalam pembinaan militer.

No comments:

Post a Comment