Friday, November 20, 2009

TANAH

1 komentar
Tanah terdiri dari bermacam jenis, sifat tanah dataran tinggi, lahan kritis, tanah terlantar, air tanah, mata air, berbagai sumber air, manfaat air dan sebagainya.

1. Klasifikasi Tanah

Firman Allah SWT dalam surat Ar-Raad (13), ayat 14

"Hanya bagi Allah-lah (hak mengabulkan) doa yang benar. dan berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memperkenankan sesuatupun bagi mereka, melainkan seperti orang yang membukakan kedua telapak tangannya ke dalam air supaya sampai air ke mulutnya, Padahal air itu tidak dapat sampai ke mulutnya dan doa (ibadat) orang-orang kafir itu, hanyalah sia-sia belaka"


Pada buku Tafsir Ibnu Katsir ditafsirkan sebagai berikut, firman Allah Ta’ala :
“Dan dibumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan”. Dalam buku tafsir Ibnu Katsir ditafsirkan sebagai berikut. “Ada bagian tanah yang subur, tandus, gembur, merah, putih, kuning, hitam, berbatu, lembut, mudah diolah dan sulit diolah”. Semua jenis tanah itu berdampingan. Dan tanah di bumi ini tidaklah sama, namun ada bermacam-macam, berjenis-jenis yang terletak berdampingan satu sama lain. Semua ini menunjukkan kepada pihak pembuat yang mutlak, yang tiada Tuhan melainkan Dia dan tiada Rabb melainkan Dia.
Sedangkan dalam buku Tafsir Al-Misbah ditafsirkan sebagai berikut, firman Allah Ta’ala:
“Dan di bumi tempat kamu semua memijakkan kaki dan menghirup udara kamu semua melihat dengan sangat nyata ada kepingan-kepingan tanah yang saling berdekatan dan berdampingan namun demikian kualitasnya berbeda-beda. Ada yang tandus ada pula yang subur dan ada juga yang jenisnya sama yang ditumbuhi oleh tumbuhan berbeda. Ada yang menjadi lahan kebun-kebun anggur, dan tanaman persawahan dan ada juga yang menjadi laha bagi perkebuna pohon kurma yang bercabang dan tidak bercabang. Semua kebun dan tumbuhan itu disirami dengan air yang sama lalu tumbuh berkembang dan berbuah pada waktu tertentu. Namun demikian kami melebihkan sebagian tanaman-tanaman diatas sebagianyang lain dalam rasanya demikian juga besar, kecilnya, warna dan bentuknya serta perbedaan-perbedaan yang lain. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi kaum yang berfikir.
Sekarang ini secara ilmiah, klasifikasi tanah tersebut tidaklah seperti yang dijelaskan diatas namun ada jenis tanah lotosol, andosol, podsol dan alluvial. Dari segi teksturnya pada tanah pasir, tanah liat, tanah lempung. Dan secara ilmiah juga telah diketahui bahwa tanah persawahan terdiri atas butir-butir mineral yang beraneka ragam sumber, ukuran, dan susunan, air yang bersumber dari hujan, udara, zat organic yang berasal dari limbah tumbuh-tumbuhan dan makhluk hidup lainnya yang ada diatas maupun di dalam lapisan tanah. Sifat-sifat tanah yang bermacam-macam itu, baik secara kimia, fisika, maupun secara biologi menunjukkan kekuasaan Allah Sang pencipta.
Selanjutnya firman Allah SWT: “Kami melebihkan sebagiannya atas sebagian yang lain dalam hal rasanya”. Jadi walaupun diairi dengan air yang sama namun dari produk dari tanaman itu tidak sama, tergantung jenis tanaman dan varietas dan tergantung pula pada jenis tanah tempat tumbuhnya.

2. Tanah Dataran Tinggi

Tanah datan tinggi yaitu tanah atau lahan yang terletak di dataran tinggi. Belum jelas berapa ketinggian dataran tinggi, ada yang mengatakan diatas 700 M dari permukaan laut, ada pula yang menyatakan diatas 900 M dan diatas 1000 M. sebenarnya derah diatas ketinggian 700 M adalah merupakan daerah pegunungan yang berbukit-bukit dan berlembah-lembah, yang memiliki lahan pertanian miring. Salah satu karakter dari dataran tinggi adalah permukaan air tanahnya dalam, sehingga akar tanaman dapat tumbuh dengan leluasa sedalam mungkin masuk kedalam tanah.

Firma Allah SWT dalam surat Al-Baqarah (2) ayat 265 :
"Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran Tinggi yang disiram oleh hujan lebat, Maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. jika hujan lebat tidak menyiraminya, Maka hujan gerimis (pun memadai). dan Allah Maha melihat apa yang kamu perbuat."

Ditafsirkan dalam buku tafsir Ibnu Katsir ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT mengumpamakan orang-orang membelanjakan hartanya karena mencari keridhoan Allah dan untuk ketaqwaan jiwa mereka dengan pohon yang tumbuh subur di datarn tinggi. Pohon itu menghasilkan buahnya dua kali lipat bila disiram hujan lebat. Namun bila hujan lebat tidak ada, hujan gerimispun memadai.

Dalam buku tafsir Al_Misbah, ayat di atas ditafsirkan bahwa orang yang membelanjakan hartanya, diumpamakan seperti kebun yang lebat yang terletak di dataran tinggi, dimana kebun itu disiram oleh hujan yang lebat yang tercurah secara langsung dari langit, menimpa daun dan dahan, dan sisanya turun untuk diserap tanah, dimana akar-akar tumbuhan menghujam. Air yang tidak dibutuhkan akn mengalir kebawah dan ditampung oleh yang membutuhkannya. Tidak heran jika buahnya dua kali lipat. Kalaupun bukan hujan lebat yang mengairinya, paling tidak gerimis, dan itu telah memadai untuk pertumbuhannya. Demikian keadaan kebun itu, bahkan air yang diterimanya banyak maupun sedikit selalu saja bisa menghasilkan buah. Demikian juga orang yang bersedekah dengan tulus, baik yang disumbangkannya sedikit maupun banyak, sedekahnya selalu berbuah dengan buah yang baik. Kalau demikian, maka hendaklah kamu sekalian menafkahkan hartamu dengan tulus sambil mencari keridhoan Allah dan bertujuan mengendalikan nafsu.

Salah satu karakter dari dataran tinggi adalah permukaan air tanahnya dalam, sehingga akar tanaman dapat tumbuh dengan leluasa sedalam mungkin masuk kedalam tanah. Selanjutnya ada kaitan lagi dengan curah hujan sebai sumber air agar pohon tersebut dapat hidup. Wlaupun volume tanahnya tebal, kalau tidak ada air , tidak akan ada yang bisa hidup. Tanah dataran tinggi memungkinkan akar pohon masuk jauh kedalam tanah . hujan yang lebat akan menyirami permukaan tanah dan akan membasahi tanah sampai ke lapisan yang paling dalam. Dengan demikian maka serapan air dan hara tanaman oleh akar akan lebih besar dan lebih banyak. Dan berdirinya pohon akan lebih kokoh, tidak mudah tumbang. Akibatnya maka pertumbuhan bagian tanaman yang ada di permukaan tanah semakin subur dan produksi buah akan berlipat ganda.

3. Tanah Terlantar

Bumi, lahan atau tanah adalah merupakan benda mati bila tanpa air. Tanah yang mengandung air memungkinkan adanya kehidupan, sehingga lahan itu menjadi benda yang hidup. Namun, suatu daerah dengan tanah yang baik dan hujan yang cukup, dapat berfungsi pula sebagai lahan mati atau tidak berguna. Inilah yang dimaksud sebagai lahan terlantar.

Firman Allah SWT dalam surat Yasin ayat 33 dan surat Al-Hajj ayat 5 :

Surat Yasin (36) ayat 33

          
33. Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan dari padanya biji-bijian, Maka daripadanya mereka makan.


Surat Al-Hajj ayat 5

 ••                                          •   •                   •       
5. Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), Maka (ketahuilah) Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya Dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. dan kamu Lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.


Dalam buku tafsir Ibnu katsir kedua ayat tersebut ditafsirkan sebagai berikut: menyatakan bahwa tanpa air , tanah itu berupa benda kering, mati. Oleh sebab itu agar tanah pertanian tetap produktif usaha yang dilakukan adalah tanah harus selalu mengandung air. Allah SWT menciptakan berbagai bentuk keseimbangan di dunia ini. Air hujan yang lebat yang turun di pegunungan tidak langsung jatuh ketanah, melainkan diterima dahulu oleh kanopi hutan, baru jatuh ke permukaan tanah jadi tidak banyak merusak tanah. Sebagian besar air hujan itu akan mengendap ke dalam tanah melalui akar-akar tumbuhan. Air hujan yang masuk tanah, pada bagian yang lebih rendah akan keluar secara bertahap melalui anak-anak sungai dan mata air.

Dalam buku tafsir Al-Misbah kedua ayat diatas ditafsirkan sebagai berikut : surat yasin ayat 33 menguraikan sekelumit bukti kuasa Tuhan yaitu membangkitkan dan menghidupkan apa yang telah mati. Perinciannya adalah sebagai berikut, Dan disamping pelajaran yang dapat mereka petik dari pengalan sejah yang menujukkan keesaan dan kuasa Allah SWT, suatu tanda besar lainnya bagi mereka adalah bumi yang mati yakni kering kerontang, lalu Kami menghidupkannya dengan menurunkan air hujan dan menumbuhkan tumbuhan dan Kami keluarkan darinya biji-bijian, maka darinya yakni dari biji-bijian itu mereka senantiasa makan.
Penggunaan bentuk jamak kata-kata( ) menghidupkannya dan ( ) Kami keluarkan mengisyaratkan adanya keterlibatan Allah dalam hal menghidupkannya dan mengeluarkan tumbuh-tumbuhan. Keterlibatan manusia dalam hal ini adalah satu yang dimaksud.

Selain dua surat di atas ada dua surat lainnya yaitu:
Surat Ibrahim (14) ayat 17
                 
17. Diminumnnya air nanah itu dan hampir Dia tidak bisa menelannya dan datanglah (bahaya) maut kepadanya dari segenap penjuru, tetapi Dia tidak juga mati, dan dihadapannya masih ada azab yang berat.


Bagaimana azab yang pedih yang ditimpahkan oleh Allah SWT kepada kaum saba’, karena mengingkari nikmat Allah SWT, dinyatakan dalam surat Saba (34) ayat 15 dan 16
       •                       • •         
15. Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka Yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun".
16. Tetapi mereka berpaling, Maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr.


Menurut berbagai literature, Saba’ adalah nama beberapa kerajaan dan nama penduduknya di Yaman. Di negeri ini mengalir sebuah sungai sehingga daerah kiri kanan sungai itu merupakan daerah pertanian yang subur. Negeri ini menjadi bertambah makmur setelah mereka membuat bendungan di bagian hulu sungai, karenanya jangkauan pengairannya semakin luas. Namun setelah makmur, mereka mulai berpaling mengingkari ajaran Nabi. Mereka berpaling dari menyembah Allah swt kepada menyembah matahari. Maka Allah datangkan banjir dan bendungan yang mereka buat itu roboh, banjir besar itu memporak-porandakan negeri mereka. Bangunan hancur dan tanah subur berganti dengan pasir berbatu. Kebanyakan dari mereka pindah mencari tempat lain, ada juga yang menetap disitu, namun tumbuhan yang bisa hidup dengan tanah seperti itu hanya tumbuhan tidak berguna.

Dalam buku tafsir Al-Misbah ditafsirkan sebagai berikut:
Pada surat Yaasin : 7 menyatakan secara tegas bahwa jika kita bersyukur maka nikmat Allah akan ditambahnya, tetapi ketika berbicara tentang kufur nikmat tidak ada penegasan bahwa pasti siksa-Nya akan jatuh. Ayat ini menegaskan bahwa siksa Allah itu pedih. Jika demikian, penggalan akhir ayat ini dapat dipahami sekedar ancaman.
Dan pada surat Saba’ ayat 15 dan 16 menyatakan bahwa kesuburan negeri itu sehingga seandainya seorang pejalan meletakkan keranjang diatas kepala, niscaya sambil berjalan ia akan memenuhi keranjang ini dengan aneka buah-buahan yang berjatuhan. Namun mereka berpaling dan Allah mendatangkan banjir yang besar kemudian Allah menggantinya dengan pohon-pohon yang buahnya pahit.

4. Lahan Kritis

Lahan kritis disebut juga sebagai lahan tandus, terdapat di Nusa Tenggara bagian timur, yang curah hujannya kurang, atau kurang dari 1000 nm/thn dan tidak merata, bisa saja hujan lebat dalam waktu singkat, yang menyebabkan erosi, lalu dalam waktu yang panjang tidak ada hujan. Akhirnya lahan-lahan itu tidak produktif dan tidak menghasilkan apa-apa bagi manusia sehingga disebut “bumi yang mati”. Allah SWT memberikan petunjuk bahwa bumi yang mati dapat dijadikan lahan yang subur apabila disiram air atau dengan pengairan.
Firman Allah SWT dalam surat as-sajdah:27
                  
27. Dan Apakah mereka tidak memperhatikan, bahwasanya Kami menghalau (awan yang mengandung) air ke bumi yang tandus, lalu Kami tumbuhkan dengan air hujan itu tanaman yang daripadanya Makan hewan ternak mereka dan mereka sendiri. Maka Apakah mereka tidak memperhatikan?

Menyatakan bahwa kasih sayang Allah kepada makhluk-Nya sangat besar dengan menyediakan air, baik langsung dari langit maupun dipancarkan oleh mata air dan yang dialiri sungai-sungai. Allah SWT mengalirkan air di sunga Nil ke Mesir dari Habsyi yan g mengandung lumpur yang mrnyuburkan tanah Mesir yang kering dan berpasir. Sehingga darinya tumbuhlah tanaman-tanaman yang dapat dimakan oleh binatang ataupun manusia itu sendiri.

Dalam tafsir Al-Misbah surat di atas menyatakan: dan apakah mereka tidak melihat dan memperhatikan, bahwa Kami menghalau awan yang mengandung air ke bumi yang tandus baik karena ulah manusia maupun karena terjadinya kemarau panjang, lalu Kami keluarkan dari dan ke dalam tanah, yakni tumbuhan dengannya yakni dengan air hujan itu tanaman-tanaman serta rerumputan yang darinya dapat dimakan binatang-binatang ternak mereka dan mereka sendiripun dapat memakan. Maka apakah mereka tidak memperhatikan bahwa siapa yang kuasa melakukan itu, kuasa pula menghidupkan yang telah terkubur di dalam perut bumi…..?
Pada ayat as-sajdah disebut terlebih dahulu adalah binatang ternak, baru manusia. Ini karena manusia memakan tumbuhan dan binatang, sedangkan binatang hanya memakan tumbuhan. Firman Allah SWT dalam surat Fushilat ayat 39:
          •   •           
39. Dan di antara tanda-tanda-Nya (ialah) bahwa kau Lihat bumi kering dan gersang, Maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan yang menghidupkannya, pastilah dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Dalam tafsir Ibnu Katsir surat di atas menjelaskan bahwa betapa besar kuasanya Allah dalam menghidupkan bumi yang kering tandus dengan mendatangkan air. Allah SWT itu maha kuasa segala sesuatu mudah bagi-Nya termasuk menghidupkan kembali manusia. Cukup banyak ayat – ayat alquran menerangkan lahan kritis, tandus, kering, mati, bisa menjadi hidup dengan adanya air. Hal inilah yang menjadi dasar pokok, kalau air sudah ada maka yang lainnya akan dating secara automatis.
Sedangkan dalam tafsir Al-Misbah diterangkan bahwa surat fushilat di atas menguraikan bukt-bukti kekuasaannya di bumi. Dengan perincian Allah berfirman sebagai berikut: dan diantara ayat-ayat yakni tanda-tanda ke-esaan dan kekuasaan-Nya adalah Engkau melihat dengan pandangan atau pikiran – pikiran melihat bumi kering, tandus, gersang, dan mati maka apabila telah Kami turunkan air di atasnya, dari langit atau dari ketinggian gunung, niscaya engkau, siapapun engkau selalu melihat tanda-tanda kehidupan padanya yaitu ia bergerak dan mengembang permukaannya, meninggi akibat air dan udara. Sesungguhnya Tuhan yang menghidupkannya tentu pula menghidupkan apa saja yang mati termasuk manusia: sesungguhnya Dia kuasa atas sesuatu.
Firman Allah SWT dalam surat albaqarah:205
         •      
205. Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk Mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan

Dalam tafsir Ibnu Katsir surat di atas ditafsirkan:”dan Allah tidak menyukai kerusakan” maksudnya Dia tidak menyukai sifat tersebut dan orang yang memilikinya. Lebih jelasnya ayat tersebut diartikan/ditafsirkan sebagai berikut:
“orang munafik hanya punya niat berbuat kerusakan di muka bumi dan memusnahkan tanaman-tanaman, maksudnya tempat tanaman tumbuh dan berbuah. Selain itu juga merusak “an-nasl”, yaitu produktivitas ternak, termasuk di dalamnya mempengaruhi bahkan memusnahkan tumbuhan. Mujahid berkata :”jika orang munafik berkeliaran di muka bumi untuk membuat kerusakan, maka Allah akan menahan hujan, sehingga tanaman dan ternak binasa”.

Sedangkan dalam tafsir Al-Misbah dinyatakan apabila ia berpaling yakni meninggalkan kamu ke tempat lain sehingga kamu tidak bersama mereka, ia berjalan, giat dan bersungguh-sungguh di seluruh penjuru bumi untuk melakukan pengrusakan padanya, sehingga akhirnya dia merusak tanaman-tanaman yang dikelola manusia dan binatang ternak. Maksudnya ia giat menyebarkan issue negative dan kebohongan serta melakukan aktifitas yang berakibat kehancuran dan kebinasaan masyarakat. Sungguh Allah akan menjatuhkan siksa kepada mereka karena Allah tidak menyukai pengrusakan.
Firman Allah surat al-a’raf : 56:
        •  •      
56. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.

Ayat di atas menjelaskan pada dasarnya segala sesuatu di bumi ini sudah diperbaiki oleh Allah SWT. Apabila segala sesuatu yang sudah ditata dengan baik, kemudian dirusakkan, maka dapat sangat membahayakan pada manusia. Jadi boleh berbuat sesuatu untuk kemajuan, namun hendaklah dalam batas-batas koridor yang telah ditentukan oleh Allah SWT. Jangan berbuat terlalu jauh, yang dapat mengundang bahaya atau azab yang pedih bagi kemanusiaan.

5. Air Tanah

Air tanah adalah air hujan yang jatuh dari langit sampai ke permukaan dataran bumi yang meresap ke dalam tanah. Jadi air tanah itu adalah air yang terdapat dalam tanah namun masih tetap sebagai komunitas air, tidak bercampur dengan tanah. Kebanyakan air tanah menetap dalam tanah dengan kedalaman permukaan yang bisa naik turun tergantung curah hujan.

Firman Allah SWT dalam surat al-kahfi : 41:

        
41. Atau airnya menjadi surut ke dalam tanah, Maka sekali-kali kamu tidak dapat menemukannya lagi".


Firman Allah SWT dalam surat al mulk : 30 :

         • 
30. Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; Maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?".


Kalau air hujan yang turun di permukaan bumi semua meresap ke dalam tanah, tidak ada yang tinggal di permukaan, maka air itu tidak lagi bermanfaat secra langsung untuk manusia. Dan Allah juga menyatakan kekuasaannya dalam hal menurunkan hujan dari langit, kapan, dimana, dan berapa besar volume hujan yang akan diturunkan semata-mata adalah Allah SWT yang menentukan-Nya.

Selanjutnya pada ayat kedua, diatas Allah berfirman “ jika airmu meresap ke dalam tanah, maka siapakah yang akan mendatangkan aliran air kepadamu. Bagi kaum yang berfikir, firman Allah SWT adalah bahwa semua Tuhan yang menentukan dan bahwa Tuhan itu maha pemberi nikmat, pengasih lagi penyayang. Dipandang dari sudut “Air Tanah” kedua ayat di atas memberitahukan bahwa memang air yang meresap masuk ke dalam tanah yang seterusnya disimpan dalam tanah dalam bentuk air tanah.



Firman Allah SWT dalam surat Al-Mu’minuun ayat 18 :
"Dan kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu kami jadikan air itu menetap di bumi, dan Sesungguhnya kami benar-benar berkuasa menghilangkannya"


Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT yang menurunkan hujan dari langit menurut suatu ukuran, memang kita menyaksikan ada hujan gerimis, hujan lebat dan ada hujan deras. Selanjutnya Allah SWT berfirman “….lalu Kami jadikan Air itu menetap di bumi….” Memang benar ada yang menetapdi bumi, itu sebagian berada di laut, namun ada yang menetap sebagai air danau, air tanah, air sungai, dsb. Khusus mengenai air tanah dalam surat Al-Mu’minuun ayat 18 diatas dinyatakan juga berasal dari air hujan sebelumnya orang masih beranggapan bahwa air tanah, memang air yang sudah ada di situ yang ada hanyalah tambahan dari air hujan. Memang ada juga air laut yang merembes ke dalam tanah menjadi air tanah, namun hanya beberapa km saja dari pantai. Namun sekarang para ilmuan sudah mengetahui bahwa bagian terbesar dari hujan akan meresap ke dalam tanah dan menetap menjadi air tanah, dan air tanah keluar pada tempat-tempat yang rendah membentuk mata air, sungai, terus ke laut. Dan permukaan air tanah itu bisa naik pada waktu musim hujan dan hujan lebat dan bisa turun dimusim kemarau. Bahkan Allah SWT berkuasa untuk menghilangkannya sama sekali, sesuai dengan yang disebutkan pada akhir surat Al-Mu’minuun. Dalm surat Al-Mu’minuun ayat 18 juga menunjukkan adanya gaya gravitasi, yang menyebabkan air hujan meresap ke dalam tanah.

Sedangkan dalam Tafsir Al-Misbah ketiga ayat tersebut ditafsirkan sebagai berikut. Pada QS. Al-kahfi dinyatakan bahwa Allah menirim kepadanya yakni ke kebunmu itu bencana seperti petir yang menyambarnya dari langit, hama tanaman hingga ia yakin kebun yang indah dan subur menjadi tidak dapat ditanami lagi atau airnya menjadi surut meresap ke dalam tanah, sehingga tidak dapat lagi mengairi kebunmu, maka jika itu terjadi sekali-kali engkau tidak dapat menemukannya lagi dah harus berusaha payah menggali untuk mengairi kebunmu. Sedangkan QS. Al-Mulk


Pada tafsir Al-Misbah dijelaskan bahwa betapa besar kuasa Allah di langit dan begitu banyak anugrah-Nya yang bersumber dari sana, dan salah satu bukti kekuasaanya dari pemeliharaan dan ketidaklengahannya. QS. Al-Mu’minuun menyatakan : Dan juga sebagai salah satu bukti kekuasaan-Nya. Pemeliharaan dan ketidaklengahan-Nya Kami, adalah Kami turunkan dari langit yakni awan, air tawan dalm berbagai bentuk, terkadang cair, terkadang butir-butir es. Dan itu kami turunkan menurut kadar yang tepat bagi ciptaan Kami, baik manusia, binatang, maupun tumbuh-tumbuhan lalu untuk memudahkan pemanfaatannya Kami menjadikannya yakni Kami simpan iarnya, sebagian menetap tidak lama di bumi, dan sesungguhnya Kami bersumpah bahwa Kami untuk menghilangkannya sehingga tidak dapat kamu manfaatkan, benar-benar kuasa. Namun itu Kami tidak lakukan karena rahmat dan kasih saying Kami makhluk-makhluk Kami.

Ayat di atas menegaskan bahwa Allah SWT dapat melenyapkan air itu, bisa dengan kemampuan yang panjang, dengan meresapnya jauh ke perut bumi, dan masih banyak cara yang lain. Dan menujukkan air hujan yang diturunkan di atas dataran pun telah ditentukan kadarnya, agar tidak terjadi kelebihan yang dapat menutup seluruh permukaan bumi atau kekurangan hingga tidak cukup untuk menyirami bagian daratan lain.



DAFTAR PUTAKA

Dr. Ir. H. Darwis SN.2004.Dasar-Dasar Ilmu Pertanian dalam Al-qur’an.Bandung:IPB press
Shihab, M. Quraish.2002.Tafsir Al-misbah Volume 6. Jakarta: Lentera Hati
Shihab, M. Quraish.2002.Tafsir Al-misbah Volume 6. Jakarta: Lentera Hati
Shihab, M. Quraish.2002.Tafsir Al-misbah Volume 6. Jakarta: Lentera Hati

1 komentar:

PATNER

Blogs Directory

Followers