Wednesday, January 20, 2010

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN TENTANG JENIS-JENIS ALGAE YANG ADA DI PANTAI PASIR PUTIH

0 komentar
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara kepulauan yang dipisahkan oleh laut antara pulau yang satu dengan pulau yang lain. Laut Indonesia terkenal akan keindahan dan kekayaan isinya. Laut Indonesia terlihat indah dengan biotanya yang beraneka ragam. Salah satunya yaitu algae. Algae merupakan tumbuhan thallophyta yang belum dapat dibedakan antara batang, daun maupun akarnya.

Jika kita berkunjung ke sebuah pantai, sering kita jumpai di bibir pantai seperti rumput. Nah itulah yang disebut dengan algae. Algae banyak tersebar diseluruh laut Indonesia dan algae yang ada di Indonesia banyak jenisnya. Beberapa jenis algae bernilai ekonomis. Algae dapat dibidudayakan di laut dan dapat dimanfaatkan sebagai sayuran, bahan pembuatan agar-agar, bahan pembuatan kosmetik, dan masih banyak lagi.

B. TUJUAN

Disetiap pekerjaan pasti ada tujuan, seperti melakukan praktikum Taksonomi Tumbuhan Rendah. Sudah pasti memiliki tujuan yang salah satunya adalah untuk membuktikan teoriteori yang ada pada mata kuliah Taksonomi Tumbuhan Rendah. Sehingga kita belajar tidak hanya sekedar teori namun perlu pembuktian secara langsung atau terjun ke lapangan ( praktikum). Tujuan peraktikum yang lain adalah untuk menyelesaikan salah satu SKS yang ada pada mata kuliah Taksonomi Tumbuhan Rendah yang wajib ditempuh oleh setiap mahasiswa yang mengambil mata kuliah Taksonomi Tumbuhan Rendah.




C. MANFAAT PRAKTIKUM
Secara khususnya kelompok 2 dan secara umumnya seluruh mahasiswa dapat mengetahui berbagai macam jenis algae yang ada di pantai Pasir putih.

D. PELAKSANAAN

1. Hari / tanggal : Minggu, 10 Januari 2010
2. Tempat : Pantai Pasir Putih, Lampung Selatan, Lampung.




BAB II
¬TINJAUAN PUSTAKA
Alga (jamak Algae) adalah sekelompok organisme autotrof yang tidak memiliki organ dengan perbedaan fungsi yang nyata. Algae bahkan dapat dianggap tidak memiliki “organ” seperti yang dimiliki tumbuhan (akar, batang, daun, dan sebagainya). Karena itu, alga pernah digolongkan pula sebagai tumbuhan bertalus.
Istilah ganggang pernah dipakai bagi alga, namun sekarang tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan kekacauan arti dengan sejumlah tumbuhan yang hidup di air lainnya, seperti Hydrilla.
Dalam taksonomi yang banyak didukung para pakar biologi, algae tidak lagi dimasukkan dalam satu kelompok divisi atau kelas tersendiri, namun dipisah-pisahkan sesuai dengan fakta-fakta yang bermunculan saat ini. Dengan demikian alga bukanlah satu kelompok takson tersendiri.
Algae adalah Thallophyta dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Habitus memiliki aneka ragam bentuk dan ukuran.
2. Sel-sel talus mempunyai inti sejati, dan berplastida sederhana yang mengandung zat warna yang mudah berubah karena derivate menyerupai klorofil a, b, dan zat warn lain yang menonjol.
3. Habitatnya di tempat yang lembab, basah, air tawar dan air laut, dan mudah terpengaruh oleh factor-faktor lingkungan biotic dan abiotik.
4. Tubuhnya terdiri atas satu sel (uniseluler) dan ada pula yang banyak sel (multi seluler).
5. Gametofit menghasilkan gamet jantan dan sporofit menghasilkan spora yang berflagel, yang disebut zoospore.
6. Zat warna yang menonjol padanya dijadikan dasar untuk identifikasi dan klasifikasi, misalnya :
• Fikosianin (warna biru kehijauan) untuk Cyanophyceae.
• Fikosantin (warna kecoklatan) untuk Phaeophyceae.
• Fikoeretrin (warna kemerahan) untuk Rhodophyceae.
Walaupun pada sel-sel alagae tersebut masih ada warna-warna lain, misalnya karoten dan xantofil dengan derivate.
7. Algae uniseluler bebas berenang-renang di air dengan flagel (flagel pada satu berkas=epistokon, yang sama panjang=isikon, pajang dan pendek=heterokon), dan ini disebut fitiplankton. Algae multiseluler yang melekat pada bebetuan, karang, kayu lapuk disebut benthos.
8. Algae merupakn sumber daya nabati, misalnya sebagai sayuran, bahan pembuatan agar-agar, bahan obat-obatan, atau menghasilkan zat berguna seperti soda, manit, yodium, dan masih banyak lag.
Berdasarkan penemuan G.M Smith dalam bukunya Fresh-water Algae (1930-an), tumbuhan-tumbuhan yang termasuk sub-divisio Algae dikelompokkan kedalam 7 kelas, yaitu :
1. Kelas Flagellata/ Euglenophyceae
Flagellate dadalah kelompok algae yang merupakan punyusun plankton utama di perairan yang memiliki _oosp utama yaitu : uniseluler, berinti sejati, dan mempunyai flagel 1 atau lebih yang digunakan untuk bergerak aktif. Flagellate yang yang paling rendah tingkatannya selnya masih telanjang dan bergerak secara amuboid dengan kontraksi plasma. Sedangkan yang tingkatanya lebuh tinggi, selnya terdiri atas selulosa dan pectin. Flagellate memiliki kromatofor berwarna hijau, kuning, coklat, kebiruan, kemerahan atau tak berwarna. Hasil fotosintesisnya berupa karbohidrat, lipida, protein, leukosin, dan paramilon. Flagellate bereproduksi secara aseksual dengan cara membelah membujur, sedangkan reproduksi secara seksual dengan cara isogamete.
Klasifikasi Flagellata biasanya adalah berdasarkan warna kromatofora, susunan flagel, dan macam cadangan makanannnya. Flagellata dibagi menjadi beberapa bangsa yaitu bangsa Chrysomonadales, bangsa Heterochloridales, bangsa Diniflagellatae, bangsa Euglenales, bangsa Volvocales.
2. Kelas Diatomae ( Algae Kersik)
Diatomae merupakan kelompok algae yang hidup baik di air tawar maupun di air laut, bersifat autrotof atau heterotrotof atau bersimbiosis, serta menempel pada karang atau cadas atau tumbuhan air yang lebih tinggi tingkatanya atau di tanah basah. Dalam keadaan yang buruk, ia akan membentuk kista yang berpembuluh. Kelompok algae ini bersifat uniseluler dengan bentuk tubuh yang beraneka ragam tetapi bentuk dasar adalah simetris bilateral. Dinding sel Diatomae terdiri atas pectin dengan panser dari kersik di sebelah luarnya. Panser kersik tersebut tidak menutupi seluruh sel tetapi terdiri atas 2 bagian, yang merupakan wadah dan tutup. Batasan pertemuan wadah dan tutup yang terletak di samping dinamakan ikat pinggang.
Kelas Diatomae sudah memiliki inti yang jelas dan kromatoforanya terdiri dari klorofil a, kariten, xantofil dan fikosantin sehingga warnanya kuning emas kecoklatan. Hasil fotosintesisnya berupa tetes minyak berupa leukosin dalam plasma atau vakuola. Reproduksi kelas Diatomae terjadi dengan cara berikut :
• Membelah
Mula-mula protoplasma membesar, lalu wadah dan tutup lepas pada ikat pinggangnya membelah menjadi 2 sel anakan. Masing-masing bagian pada sel anakan membuat wadahnya, sehingga dari tiap pembelahan terbentuk 2 individu baru, yang satu sanma dengan sel induk sedangkan yang lain ukuranya lebih kecil. Yang kecil dapat membelah sampai dicapai ukuran sel minimum, lalu mati.
• Pembentukan aukspora
Sebelum sel mencapai ukuran minimum, panser dilepaskan, protoplas tumbuh sebesar sel normal, baru kemudian membuat panser lagi.

• Oogami
Sel-sel bereduksi membentuk gamet jantan dan betina yang haploid (sel telur dan spermatozoid).
Kelas Diatomae dibedakan ke dalam dua bangsa, yaitu Bangsa Centrales dan Bangsa Pennales.
3. Kelas Chlorophyceae (Algae Hijau)
Talus Chlorophyceae uniseluler atau membentuk koloni berbentuk benang bercabang (seperti kormus) atau tabung atau talus yang berinti banyak, talus yang beruas-ruas dan sebagainya. Sel Chlorophyceae mengandung klorofil a dan b, karotenoid, dan pirenoid. Bentuk plastida menjadi aspek penting dalam klasifikasi tingkat marga. Hasil asimilasi dari kelas Chlorophyceae berupa tepung amilum dan lemak. Kelas Chlorophyceae habitatnya 90% di air tawar dan 10% di air laut, sebagai penyusun plankton atau bentos. Ada yang hidup pada tanah basah, sebagian lagi hidup bersimbiosis dalam Lichenes.
Reproduksi kelas Chlorophyceae terjadi secara :
• Aseksual dengan membentuk zoospore, bentuknya seperti buah peer/oval dengan 2-4 flagel, mempunyai 2 vakuola kontraktil, kloroplas di bagian bawah berbentuk piala.
• Seksual dengan cara isogami dan anisogami, gamet jantan bergerak bebas sedangkan gamet betina merupakan oogonium dan tidak bergerak. Zigot berupa sel berdinding tebal, bulat, kadang berwarna merah (hematokron).
Kelas Chlorophyceae dibadi menjadi 6 bangsa yaitu : Chlorococcales (Protococcales), Ulotrichales, Cladophorales, Chaetophorales, Oedogonales, Siphonales.

4. Kelas Conyugatae (Algae Gandar) / Zygnematophyceae
Conyugatae merupakan algae berwarna hijau yang mengandung klorofil a dan b dengan satu inti. Dinding sel kelas Conyugatae terdiri dari selulosa. Uniseluler atau koloni berbentuk benang yang tidak melekat pada substrat dan sebagian besar dari kelas Conyugatae hidup di air tawar. Tidak membentuk _oospore maupun gamet flagel (=Acontae). Reproduksi dari kelas Conyugatae dengan cara kopulasi dua sel, gamet tidak berflagel bersatu menjadi zigot lalu berkecambah. Anggota Conyugatae meliputi bangsa Desmidiales dan bangsa Zygnematales.
5. Kelas Charophyceae (Algae Karang)
Algae ini hidup pada tanah kapur sejak zaman purba. Anggota Kelas Charophyceae habitatnya di dalam air. Habitusnya seperti tumbuhan tingkat tinggi dengan talus berbuku-buku dengan ruas yang panjang, bercabang, bekarang. Pada buku tumbuh cabang-cabang pendek dan beruas, jumlahnya bias banyak. Dari ketiak tiap cabang pendek keluar cabang panjang yang serupa talus pokok. Dijumpai rizoid berbentuk benang bercabang untuk melekatkan pada substrat yang tidak keras seperti pasir, Lumpur, dahan-dahan lapuk, dsb. Selain itu kelas Charophyceae memiliki kloroplas a dan b dengan hasil asimilasi berupa tepung. Dinding sel kelas Charophyceae berupa selulosa. Reprokduksi aseksual kelas Charophyceae dengan cara oogami yang terletak pada oogonium.
6. Kelas Phaeophyceae (Algae Pirang)
Phaeophyceae adalah alage berwarna pirang. Kebanyakan Phaeophyceae hidup di laut, sedikit yang hidup di air tawar. Di laut dan samudra di daerah iklim sedang dan dingin, talusnya dapat berukuran sangat besar dan berbeda-beda bentuknya. Algae ini termasuk bentos yang melekat pada batu-batuan, kayu, sering juga sebagai epifit pada talus algae lain, bahkan ada yang hidup sebagai endofit. Selain iti algae pirang memiliki kloroplas yang berisi klorofil a, karoten, fikosantrin, serta dibungkus membrane. Sel-sel Phaeophyceae hanya mempunyai 1 inti. Dinding sel sebelah dalam berupa selulosa, sedangkan sebelah luar berupa pectin, dan di bawah pectin ada algin (senyawa yang menyerupai gelatin, yaitu garam Ca dari asam alginate). Hasil asimilasi Phaeophyceae berupa laminarin, manit, minyak, dan zat lain. Reproduksi Phaeophyceae secara aseksual dengan cara zoospore, sedangkan seksual dengan cara anisogami.
Anggota Phaeophyceae meliputi 4 bangsa yaitu Phaeosporales, laminariales, Dictyotales, dan Fucales.
7. Kelas Rhodophyceae (Algae Merah)
Rhodophyceae adalah algae yang mengandung kloroplas berisi fikieretrin lebih banyak bila dibandingkan klorofil. Selain mengandung fikoeretrin Rhodophyceae juga mengandung karotenoid dan sedikit fikosianin, sehingga algae ini berwarna keungu-unguan. Hasil asimilasi Rhodophyceae berupa tepung floridae (mirip glikogen) dan floridosida (senyawa gliserin dan galaktosa) serta tetes minyak. Terkadang terdapat pirenoid. Kebanyakan Rhodophyceae hidup di air laut, yaitu laut dalam yang hanya dapat dicapai oleh cahaya bergelombang pendek. Hidup sebagai bentos dan melekat pada substrat dengan benang/cakram pelekat. Rhodophyceae mempunyai bentuk talus yang beranekaragam dengan jaringan tubuh yang belum bersifat parenkim, tetapi hanya berupa plektenkim. Selain itu, Rhodophyceae bersifat autotrof dan heterotrof. Yang heterotrof tidak berkromatofora dan hidup sebagai parasit pada algae lain. Reproduksi aseksual Rhodophyceae dengan cara spora, sedangkan seksual dengan cara oogami. Spora dan gamet tidak berflagel, jadi tidak dapat bergerak aktif.
Rhodophyceae dibagi menjadi dua anak kelas yaitu Bangieae dan Floridae.





BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. JENIS PRAKTIKUM

Dalam praktikum ini kami menggunakan metode explorasi yaitu kami mengambil data dengan cara penelitian secara langsung atau terjun kelapangan, dengan bantuan dari segala pihak.

B. ALAT DAN BAHAN

• Ember
• Toples
• Aquades
• Formalin
• Alkohol
• Kertas
• Pita

C. CARA KERJA

• Ambillah semua jenis algae yang anda ketemukan di Pantai Pasir Putih.
• Kemudian masukkan kedalaman wadah/ ember.
• Setelah sampai di laboratorium, cucilah sampai bersih algae yang anda temukan dengan menggunakan air bersih.
• Encerkan larutan alcohol dan formalin dengan menambahkan larutan aquades, sehingga menjadi larutan FAA (Formalin, Alkohol, Aquades) dengan kadar 20%.
• Setelah itu, masukkan larutan FAA kedalam toples.
• Kemudian masukkan jenis algae yang akan diawetkan.
• Tutup rapat-rapat tutup toplesnya.
• Kemudian di toples diberi klasifikasi dan cirri-ciri algae yang diawetkan, bias dengan cara mengalungkannya dengan menggunakan pita, bias juga dengan langsung menempelkannya ke toples dengan menggunakan isolasi.



BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN




Gambar : Hydroclathrus clatratus (C. Agardh)




Gambar : Padina australis Hauck



Gambar : Codium guinense Silva




Gambar : Turbinaria conoides (J. Agardh)


B. PEMBAHASAN

Sebenarnya pada saat pratikum yang terjun langsung ke pantai Pasir putih banyak sekali jenis algae yang ditemukan. Kesemuanya dibawa ke laboratorium setelah selesai melakukan pengambilan algae secara langsung di pantai pasir putih dan dari banyaknya jenis algae yang diketemukan hanya 4 jenis algae yang diterima dosen pembimbing untuk diawetkan dilaboratorium. Jadi foto hasil praktikum di atas bukan foto asli yang diambil waktu praktikum, karena pada saat waktu pengambilan algae di pantai Pasir putih tidak semuanya kami foto . Keempat jenis algae tersebut yaitu :

1. Hydroclathrus clatratus (C. Agardh)
Menurut literature yang kami dapat bahwa algae yang kita temukan mempunyai nama latin Hydroclathrus clatratus (C Argadh) Howe. Algae jenis ini memiliki Thallus berbentuk silindris, licin, lunak, membentuk rumpun sirkular dengan percabangan yang tersusun seperti jaring (net), menggumpal, dan berwarna pirang atau coklat tua. Algae ini juga mirip spon yang biasa digunakan untuk mencuci piring. Algae ini tumbuh biasanya melekat pada substrat di daerah berbatu atau berpasir di rataan terumbu. Algae ini Tersebar agak luas di perairan Indonesia. Untuk di Pantai Pasir putih jenis algae ini sulit ditemukan dan ini merupakan keberuntungan kami karena dapat menemukan algae jenis ini. Berikut ini klasifikasi dari Hydroclathrus clatratus (C Argadh) Howe:
Filum : Plantae
Divisi : Phaeophyta
Kelas : Phaeophyceae
Bangsa :Scytosiphonales
Suku :Scytosiphonaceae
Marga :Hydroclathrus
Jenis :Hydroclathrus clathratus (C.Agardh) Howe
Sebenernya algae jenis Hydroclathrus clathratus (C.Agardh) Howe belum dimanfaatkan oleh masyarakat.

2. Padina australis Hauck
Menurut literature yang kami dapat bahwa jenis algae yang kita dapatkan mempunyai nama latin Padina Australis Hauck. Algae jenis ini memiliki ciri-ciri bentuk thallus seperti kipas membentuk segment-segment lembaran tipis (lobus) dengan garis-garis berambut radial dan perkampuran di bagian permukaan daun. Warna coklat kekuning-kuningan atau kadang kadang memutih karena terdapat perkapur.
Alge jenis ini ditemukan di pinggir pantai di bebatuan dan penyebaran algae ini tersebar luas di perairan Pasifik selatan dan perairan Samodera Hindia dan mudah ditemukan di perairan Indonesia. Algae jenis ini sekarang belum diketahui bias dimanfaatkan atau tidak.
Berikut ini klasifikasi dari algae jenis Padina Australis Hauck :
Regnum : Plantae
Filum : Thallopyta
Divisi : Phaeophyta
Kelas : Phaeophyceae
Ordo : Dictyotales
Family : Dictyotaceae
Genus : Padina
Species : Padina australis Hauck

3. Codium guinense Silva
Algae jenis ini mempunyai nama latin Codium genuinense Silva dengan cirri-ciri tumbuh tegak, konsistensi thallus seperti spon, warna hijau, melekat pada subtrat padat dengan sejenis rhizoid, tinggi mencapai 10 cm, thallus tersusun oleh filmen-filamen halus yang berbentuk unik dan terjalin teratur. Algae jenis ini banyak hidup di zona pasang surut hingga di subtidal. Menempel pada batu karang atau subtrat padat lainnya. Algae jenis ini jarang membentuk koloni. Di Pantai Pasir Putih jenis algae ini juga jarang ditemukan. Bentuknya yang unik, menarik dan lain dengan algae yang lainnya membuat kami bingung apakah algae satu ini merupakan salah satu jenis algae atau bukan.
Untuk penyebaran, algae jenis ini asli algae tropis yang tersebar di perairan kepulauan Nusantara. Algae jenis ini tidak dibudidaya oleh masyarakat. Untuk pemanfaatan, sebagian kecil masyarakat nelayan memanen alge ini dan mengkonsumsinya untuk sayuran. Untuk potensi usaha kedepan belum diketahui.
Berikut ini klasifikasi Codium genuinense Silva :
Regnum : Plantae
Filum : Thallophyta
Divisi : Phaeophyta
Kelas : Phaeophyceae
Marga : Codium
Jenis : Codium genuinense Silva

4. Turbinaria conoides (J. Agardh)

Algae jenis ini mempunyai nama latin Turbinaria conoides (J.Argadh) Kuetzing dan biasanya masyarakat Indonesia menyebut algae ini dengan nama Rumput coklat corong. Algae jenis ini memiliki ciri-ciri batang berbentuk silindris, tegak, kasar, terdapat bekas-bekas percabangan. Holdfast berupa cakram kecil dengan terdapat perakaran yang berekspansi radial. Percabangan berputar sekeliling batang utama dan daun merupakan kesatuan yang terdiri dari tangkai dan lembaran.
Di Pantai Pasir Putih algae jenis ini lumayan banyak dan lumayan mudah untuk menemukannya. Untuk pernyebaran umumnya algae jenis ini terdapat di daerah rataan terumbu, menempel pada batu dan banyak tersebar luas di perairan Indonesia.
Untuk pemanfaatan rumput laut jenis Turbinaria conoides (J.Agardh) Kuetzing ini belum banyak dimanfaatkan karena belum diketahui kegunaannya. Dari beberapa penelitian yang telah dipublikasikan rumput laut jenis ini digunakan sebagai sumber iodin, alginat dan mengandung sterol, serta sebagai salad.
Algae jenis ini bernilai ekonomis karena mempunyai potensi untuk diekspor keluar negeri terutama ke Negara Jepang.
Berikut ini klasifikasi Turbinaria conoides (J.Agardh) :
Regnum : Plantae
Filum : Thallophyta
Divisi : Phaeophyta
Kelas : Phaeophyceae
Suku : Sargassaceae
Marga : Tubinaria
Jenis : Turbinaria conoides (J.agardh) Kuetzing


BAB V
KESIMPULAN

Alga (jamak Algae) adalah sekelompok organisme autotrof yang tidak memiliki organ dengan perbedaan fungsi yang nyata. Algae bahkan dapat dianggap tidak memiliki "organ" seperti yang dimiliki tumbuhan (akar, batang, daun, dan sebagainya). Karena itu, alga pernah digolongkan pula sebagai tumbuhan bertalus.
Berdasarkan penemuan G.M Smith dalam bukunya Fresh-water Algae (1930-an), tumbuhan-tumbuhan yang termasuk sub-divisio Algae dikelompokkan kedalam 7 kelas, yaitu : Kelas Flagellata/ Euglenophyceae, Diatomae, Clorophyceae, Conyugate, Phaeophyceae, Charophyceae, dan Rhodophyceae.
Di pantai Pasir Putih banyak ditemukan jenis algae diantaranya algae jenis Hydroclathrus clathratus (C.Agardh) Howe, Padina Australis Hauck, Codium genuinense Silva, dan algae jenis Turbinaria conoides (J.Agardh).
Algae jenis Hydroclathrus clathratus (C.Agardh) Howe memiliki Thallus berbentuk silindris, licin, lunak membentuk rumpun sirkular dengan percabangan yang tersusun seperti jaring (net), menggumpal, dan berwarna pirang atau coklat tua. Algae ini juga mirip spon yang biasa digunakan untuk mencuci piring.
Algae jenis Padina Australis Hauck memiliki ciri-ciri bentuk thallus seperti kipas membentuk segment-segment lembaran tipis (lobus) dengan garis-garis berambut radial dan perkampuran di bagian permukaan daun. Warna coklat kekuning-kuningan atau kadang kadang memutih karena terdapat perkapur.
Algae jenis Codium genuinense Silva memiliki ciri-ciri tumbuh tegak, konsistensi thallus seperti spon, warna hijau, melekat pada subtrat padat dengan sejenis rhizoid, tinggi mencapai 10 cm, thallus tersusun oleh filmen-filamen halus yang berbentuk unik dan terjalin teratur.


DAFTAR PUSTAKA

Hasnunida Neni, S.Pd., M.Si.2007. Buku Ajar Botani Tumbuhan Rendah. Bandarlampung : UNILA.

http://iptek.net.id

www.wikipedia.com

0 komentar:

PATNER

Blogs Directory

Followers